KOMPAS.com – Ruang angkasa masih menyimpan banyak misteri yang masih belum dipecahkan oleh ilmuwan dan antariksawan.
Banyak tempat di luar sana yang terus menjadi obyek penjelajahan dan penelitian bagi para ilmuwan, salah satunya adalah wilayah sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper dianggap sebagai perbatasan antariksa, yang membentang jauh di luar orbit Neptunus. Ia adalah tempat yang masih belum dijelajahi sepenuhnya.
Apa itu sabuk kuiper?
Dikutip dari laman NASA, sabuk Kuiper (Kuiper Belt) adalah wilayah obyek es berbentuk donat yang berada di luar orbit Neptunus.
Ia berbentuk seperti cincin datar yang berisi benda-benda kecil es yang berputar mengelilingi Matahari, namun melampaui orbit planet Neptunus.
Wilayah sabuk Kuiper adalah tempat bagi Pluto dan sebagian besar planet kerdil, serta beberapa komet.
Diperkirakan ada jutaan obyek es lainnya di sabuk Kuiper. Para ilmuwan menyebut dunia ini sebagai obyek sabuk Kuiper (KBO), atau obyek trans-Neptunus (TNO).
Objek trans-Neptunus sendiri adalah istilah yang diberikan pada objek di tata surya yang memiliki orbit di luar Neptunus.
Mirip dengan sabuk asteroid, sabuk Kuiper merupakan wilayah yang menjadi sisa-sisa dari pembentukan awal tata surya
Sabuk ini juga dibentuk oleh sebuah planet raksasa, meskipun bentuknya lebih berupa piringan tebal (seperti donat) dibandingkan sabuk tipis.
Sabuk Kuiper dianggap sebagai sumber dari sebagian besar komet berperiode pendek yang telah diamati, terutama komet yang mengorbit Matahari dalam waktu kurang dari 20 tahun.
Sejarah singkat penemuan sabuk Kuiper
Dilansir dari laman Britannica, nama sabuk Kuiper diambil dari nama astronom Belanda-Amerika Gerard P. Kuiper.
Awalnya, astronom Irlandia Kenneth E. Edgeworth berspekulasi pada tahun 1943 bahwa sebaran benda-benda kecil di tata surya tidak dibatasi oleh jarak Pluto.
Astronom Gerard P. Kuiper kemudian mengembangkan spekulasi yang lebih kuat pada 1951. Ia menunjukkan bahwa sejumlah besar sisa benda-benda es kecil pasti berada di luar Neptunus.
Kuiper mencatat bahwa komet dengan periode sangat singkat, yang semuanya mengorbit ke arah yang sama dengan semua planet di sekitar Matahari dan dekat dengan bidang tata surya, memerlukan sumber yang lebih dekat dan lebih datar.
Penjelasan ini, diungkapkan kembali dengan jelas pada 1988 oleh astronom Amerika Martin Duncan dan rekannya, menjadi argumen terbaik untuk keberadaan sabuk Kuiper hingga terdeteksi secara langsung.
Dan pada 1992, astronom Amerika David Jewitt dan mahasiswa pascasarjana Jane Luu menemukan (15760) 1992 QB1, yang dianggap sebagai obyek sabuk Kuiper pertama.
Obyek-obyek di sabuk Kuiper mengorbit pada jarak rata-rata dari Matahari lebih besar dari jarak rata-rata orbit Neptunus (sekitar 30 unit astronomi [AU]; 4,5 miliar kilometer).
Sabuk Kuiper berisi benda-benda besar Eris, Pluto, Makemake, Haumea, Quaoar, dan mungkin jutaan benda kecil lainnya.