REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Dwi Murdaningsih — Sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada pekan ini menunjukkan bukti tentang bagaimana air berasal dari Bumi. Termasuk dalam penelitian adalah mengenai petunjuk dari beberapa batuan tertua di tata surya.
Melimpahnya air di Bumi menjadikan satu-satunya planet yang dihuni oleh manusia ini sangat unik di tata surya. Namun, para ilmuwan tidak pernah yakin bagaimana ini dapat terjadi. Kini, tim peneliti dalam studi terbaru berpendapat, air di Bumi mungkin berasal dari batuan luar angkasa yang membentuk planet.
Beberapa ilmuwan meyakini air maupun senyawa kimia yang menyusun air ada di Bumi, tertanam di batuan asli yang membentuk planet sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Namun, sejumlah peneliti yang mempelajari model keberadaan Bumi di tata surya berpikir bahwa seharusnya ini terbentuk sebagai planet yang kering.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Science pada Kamis (27/8) mengamati komposisi sampel meteorit enstatite chondrite. Ini adalah bentuk meteorit kuno langka yang diyakini telah terbentuk sangat awal dalam kehidupan tata surya. Para ilmuwan telah menolak batuan luar angkasa ini sebagai sumber air di Bumi karena telah terpapar panas dan radiasi matahari muda di awal pembentukan.
Sebaliknya, para astronom berteori air datang ke Bumi kemudian dalam pembentukannya, melalui meteorit kondrit berkarbon, yang berasal dari tata surya luar, di mana air lebih berlimpah. Dalam studi baru, peneliti mengukur jumlah hidrogen, unsur utama dalam air, dalam 13 sampel meteorit enstatite chondrite.
Analisis dalam penelitian mengungkapkan bahwa meteorit ini membawa lebih banyak hidrogen daripada yang diyakini sebelumnya. Begitu banyak hidrogen, sehingga penulis studi mengatakan bahwa mereka percaya meteorit kuno dapat mencapai setidaknya tiga kali jumlah air di lautan Bumi saat ini.