KOMPAS.com – Fenomena El Nino diperkirakan akan melanda Indonesia pada Agustus mendatang. Fenomena ini terjadi karena pemanasan suhu muka laut. Seperti diberitakan Kompas.com, El Nino adalah fenomena cuaca yang dapat mempengaruhi curah hujan, yang mana perubahan pola iklim ini dapat memicu kekeringan di wilayah Indonesia. Definisi El Nino, seperti dikutip dari Buku Tanya Jawa: La Nina, El Nino dan Musim di Indonesia, yang dipublikasikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), merupakan istilah yang berasal dari bahasa Spanyol yang artinya adalah ‘anak laki-laki’. Fenomena iklim ini telah muncul selama berabad-abad. Oleh karenanya, para nelayan di Peru menamainya sebagai El Nino de Navidad yang disamakan dengan nama Kristus yang baru lahir.
Fenomena El Nino ditandai dengan naiknya suhu muka laut. Selain berdampak bagi Indonesia, dampak El Nino juga dapat terjadi secara global. Seperti diberitakan Kompas.com, apabila fenomena El Nino terjadi di sebagian Benua Asia dan Benua Australia, maka wilayah-wilayah tersebut akan mengalami musim kemarau panjang. Sedangkan jika El Nino terjadi di sebagian Benua Amerika, maka wilayah yang terdampak akan mengalami musim hujan yang cukup panjang. Dampak El Nino di Indonesia Jadi, apa saja dampak fenomena El Nino terhadap cuaca Bumi?
1. Berkurangnya curah hujan
Dampak El Nino di Indonesia dapat menyebabkan berkurangnya curah hujan. Namun, tingkat berkurangnya curah hujan tergantung pada intensitas fenomena itu sendiri. Sebab, kita tahu bahwa secara geografis, letak Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, yang mana tidak semua wilayah di Indonesia dapat dipengaruhi fenomena El Nino. Jadi, ada beberapa wilayah yang tidak terkena dampak El Nino seperti Kalimantan bagian tenggara, Sulawesi, dan Papua bagian tengah.
2. Risiko kebakaran hutan
Fenomena El Nino di Indonesia akan memberikan dampak musim kemarau yang kering. Kekeringan akibat fenomena cuaca tersebut bisa menyebabkan berbagai bencana, salah satunya kebakaran hutan.Dampak El Nino pernah menyebabkan Indonesia mengalami kebakaran hutan sebagai akibat dari kekeringan panjang. Organisasi PBB di bidang meteorologi, WMO pada Maret lalu melaporkan bahwa diperkirakan fenomena ini akan mulai berkembang pada bulan Juni-Agustus 2023. “La Nina triple-dip pertama di abad ke-21 akhirnya akan segera berakhir. Efek pendinginan La Nina mengerem sementara kenaikan suhu global, meskipun periode delapan tahun terakhir adalah rekor terpanas,” kata Ketua WMO Petteri Taalas. Selain itu, Taalas menambahkan, “Jika kita sekarang memasuki fase El Nino, ini kemungkinan akan memicu lonjakan suhu global lainnya.”